Chauvinisme Kedaerahan
Kita semua terlanjur munafik jika berurusan dengannya. Di daerah-daerah tertentu, chauvinisme tumbuh, membangun pagar pemisah walau hanya setinggi dada. Padahal Bhinneka Tunggal Ika adalah jargon yang tidak henti-hentinya diajarkan disetiap sekolah dasar. Konon katanya, setiap perbedaan bisa menjadi tonggak persatuan di negeri ini. Dan kita terus meng-iya-kannya. Namun kenyataannya di lapangan, Bhinneka tidaklah Tunggal Ika jika arogansi daerah dan suku yang sedang dikedepankan.
Solidaritas tertinggi ada di pihak orang-orang yang merasa satu daerah. Tandingan mereka adalah solidaritas para pendatang yang tinggal di daerahnya. Contoh, jika saya sedang ada di daerah A dan saya berasal dari daerah B, maka biasanya saya akan mencari teman dari daerah B terlebih dahulu sebelum mencari teman dari daerah A, kenapa? Karena akan lebih mudah menerima persamaan budaya dibandingkan perbedaannya saat kita merasa asing dengan daerah tertentu. Belum lagi jika ada orang-orang dari daerah A yang terkadang memajang sifat berbeda jika berurusan dengan para pendatang. Kalau sudah begini, para pendatang yang merasa senasib akan mempunyai ikatan emosional dan membangun grup baru agar mereka bisa nyaman di daerah A. Saat mereka sudah merasa bisa mengatasi kebutuhan sosialnya dan masuk dalam lingkungan pergaulan, akan timbul satu dua ejekan dari grup daerah A mengenai perbedaan budaya yang mengakibatkan mereka merasa tersisih. Jika sudah begini grup pendatang akan mempunyai rasa benci dan perpecahan (walau sekecil apapun kadarnya) tidak bisa dihindari lagi.
Memang tidak semua daerah memiliki kadar chauvinisme yang tinggi, beberapa malah sangat toleran terhadap pendatang, ada yang terkenal ramah dan bersahabat. Biasanya mereka datang dari daerah tujuan wisata, contoh Bali. Berbeda dengan warga kota besar yang harusnya memiliki kadar chauvinisme yang rendah, banyak di antaranya malah sukar menerima perbedaan dan menerima orang baru dalam lingkungannya.
Contoh seperti ini umum terjadi di lingkungan perguruan tinggi, di mana banyak orang baru dari berbagai daerah dan suku berusaha berbaur dengan sang tuan rumah. Lihatlah lingkungan sekitar dan tengok ke dalam diri masing-masing, sudahkah kita menerima perbedaan teman kita tanpa ejekan? Tanpa rasa rejeksi sekecil apapun itu? Karena Bhinneka sudah terlanjur Tunggal Ika di negeri ini. Kita yang muda harus mempertahankannya, agar tidak terjadi pengerdilan makna pada saat generasi penerus kita datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar